Selasa, 26 Februari 2013

Pesan Ritual Ibadah Haji


“Dan maklumkanlah pada manusia dengan haji, mereka akan datang padamu berjalan kaki dan atas setiap kendaraan (penghubung), datang dari setiap pelosok tempat yang jauh.” (Al Qur’an Surat 22 Ayat 27)

A. Ka’bah Selain merupakan satu-satunya arah atau kiblat sholat bagi seluruh Ummat Islam di bumi (QS 2:144), Ka’bah juga tempat penting dalam dalam pelaksanaan ritual haji, khususnya saat pelaksanaan tawaf. Ka’bah merupakan tempat dimana rumah yang pertama kali dibangun di bumi, sebagai tempat untuk menyembah ALLAH (QS 3:96). Dari sudut geologi, kita dapat mengetahui secara nyata bahwa Mekkah, tempat dimana Ka’bah berada, dulunya merupakan tempat yang paling subur dan kutub putaran utara bumi sebelum terjadinya Topan Nuh, serta tempat paling aman dari berbagai bencana alam hingga kini. Sebagai tempat yang paling subur, bisa dibuktikan dengan melimpahnya kandungan minyak dan mineral lain serta gas alam, yang merupakan cadangan terbesar di bumi. Sebagai putaran kutub utara bumi, bisa dilihat pada pergeseran jarum kompas sekitar 10 derajat dari kutub utara sekarang. Kemudian jika ditarik garis 180 derajat dari Ka’bah, akan kita dapatkan Tuamoto, daerah cekungan dan laut terdalam dibelahan selatan bumi. Dan jika dilihat garis ekuator bumi dengan menempatkan Ka’bah sebagai kutub utara dan Tuamoto sebagai kutub selatan, maka jalur yang dilaluinya merupakan tempat yang banyak mengandung vulcano dan jalur gempa yang aktif, suatu temuan yang belum disadari ilmuwan barat. Sebagai tempat paling aman di bumi, bisa dibuktikan dengan tidak pernah terjadi topan, gempa bumi tektonik dan vulkanik hingga kini, sejalan dengan do’a Nabi Ibrahim (QS 2:126)

B. Tawaf Ritual haji berupa keliling Ka’bah dengan gerak arah yang menempatkan Ka’bah disebelah kiri berlawanan dengan arah jarum jam sebanyak 7 kali. Petunjuk ilmiah tawaf adalah memberikan pertanda atas kenyataan yang berlaku pada bumi dan planet-planet lain yang berevolusi mengitari matahari sebagai pusat tata surya, juga berotasi pada sumbu masing-masing dari barat ke timur, sehingga terlihat matahari terbit di timur dan terbenam di barat. Dan pada wujud mikro, setiap atom berputar pada sumbunya digerakkan oleh batang magnet yang berkutub utara dan selatan.

C. Sa’i Merupakan kegiatan berkeliling bolak-balik antara Safa dan Marwa yang masih berada dalam lingkungan Masjidil Harom. Petunjuk ilmiah dari pelaksanaan Sa’i yaitu bahwa setelah terjadinya Topan Nuh yang mengakibatkan bergesernya kutub utara bumi dari mekkah ke posisinya sekarang, sehingga gerak bumi dan planet-planet lain selama mengorbit keliling matahari melenggang ke utara dan ke selatan, hingga berlaku pergantian musim yaitu musim panas dan musim dingin. Sementara itu dorongan bumi ke utara dan ke selatan menyebabkan kutub-kutub magnet bumi juga tidak tetap berada pada kutub putaran bumi, tetapi berubah-ubah disepanjang zaman. Kini kisaran perubahan itu diketahui orang sejauh 10 derajat atau maksimal 1.100 km. Hal ini dinyatakan ALLAH dalam QS 16:16, yang ditafsirkan bahwa kutub-kutub magnet bumi senantiasa membentuk segi tiga sama kaki dengan matahari yang semisalnya dijadikan sudut ketiga karena ia merupakan pusat tata surya kita.

D. Wukuf di Arafah Istilah Arafaat tercantum dalam Al Qur’an pada Surat 2 Ayat 198, yang kalau ditafsirkan maksudnya ialah “Tempat dimana manusia saling mengenal”. Petunjuk ilmiah wukuf adalah agar manusia mengenal nasib diri mereka yang menjadi keturunan manusia pertama di bumi yakni Adam, seorang lelaki terpilih, manusia cerdas, yang diangkat oleh ALLAH menjadi Nabi. Adam bersama isterinya bertempat tinggal di Mekkah, tempat dimana Ka’bah berdiri. Dan semua manusia di bumi merupakan anak cucu Adam, dan karenanya ALLAH menamakan manusia Bani Adam, seperti tercantum dalam QS 5:27, 7:26-27, 17:70, 36:60, dan di beberapa ayat lain. Hal ini juga tegas menyatakan bahwa manusia bumi bukanlah hasil evolusi primata sejenis kera seperti yang diyakini oleh Darwin dan pengikutnya. Itulah sebagian kecil dari pesan-pesan ilmiah ritual Ibadah Haji atau Umroh. Dan ibadah yang merupakan Rukun Islam Ke-5 tersebut juga mengajarkan kita bahwa sebagai sesama keturunan Nabi Adam, maka sangat tidak pantas jika ada orang yang merasa lebih mulia dari orang lain karena misalnya ia adalah keturunan ningrat dari suatu kerajaan, keturunan Nabi Muhammad, dari ras tertentu, suku tertentu, ataupun karena besarnya harta dan kekuasaan. Semua manusia dimata ALLAH adalah sama, seperti keseragaman warna dan bentuk pakaian ihram, dan yang menjadi tolak ukur kemuliaan hanyalah kadar ketakwaan kepada-NYA. Dan siapapun yang telah diperkenankan oleh ALLAH swt bisa melaksanakan Haji atau Umroh, maka hendaknya ia menjaga Kesempurnaan Agama Islam dalam setiap perbuatannya (menegakkan syahadat, sholat, puasa, zakat, serta “titel” Haji atau Hajah-nya) sekembalinya ke kediaman masing-masing agar menjadi Insan Kamil atau Insan Rahmatan Lil ‘Aalamin, yaitu manusia yang dirinya banyak memberi manfaat pada orang banyak, dan bukannya terus menjadi manusia yang banyak memanfaatkan orang banyak bagi kepentingan dirinya.Wa ALLAH al a’lam bis showaab. “Sungguh mereka telah mendustakan yang logis (haq) ketika sampai pada mereka, maka akan datang pada mereka kenyataan-kenyataan kabar tentang apa-apa yang mereka perolokkan “ (Al Qur’an Surat 6 Ayat 5) Wallahu A’lam Bis Showab. Berbagai Sumber

Tidak ada komentar:

Posting Komentar